Agus Supriyadi
Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Khairun agsmalut78@gmail.com
Abstrak
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memahami metode penelitian kualitatif yang secara luas telah digunakan dalam berbagai penelitian sosial termasuk bahasa dan satra yang memfokuskan pada kajian analisis isi dan studi kasus. Untuk memperkuat teori-teori yang terkait dengan analisis isi dan studi kasus disajikan beberapa contoh jurnal untuk kedua bidang penelitian tersebut. Selain itu, dalam artikel ini disajikan beragam langkah dan metode penelitian kualitatif khususnya analisis isi dan studi kasus. Kami menyimpulkan bahwa metode kualitatif secara potensial dapat berguna dalam menyumbangkan pembangunan teori-teori ilmu sosial serta metodologi dalam konteks ke-bahasaan dan kesustraan.
Kata Kunci: kualitatif, analisis isi, studi kasus dan kesusastraan
A.
Pendahuluan
Penelitian merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah. Sehingga penelitian dikatakan sebagai metode ilmiah atau cara ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan. Ilmiah artinya memiliki sifat keilmuan atau bercirikan keilmuan. Ada tida ciri ilmiah, yakni logis atau rasional, empiris dan sistematis.75 Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. 76 Sementara menurut Kerlinger mendefinisikan bahwa penelitian ilmiah sebagai “penyelidikan sistematik, terkontrol, empiris, dan kritis tentang fenomena social yang dibimbing oleh teori dan hipotesis tentang dugaan yang berhubungan dengan fenomena tersebut.77 Disisi lain, Creswell mengemukakan tiga pendekatan penelitian, yaitu pendekatan kuantitatif, pendekatan kualitatif, dan pendekatan metode gabungan (mix method approach). Untuk memahami ketiga pendekatan tersebut, menurut Creswell peneliti perlu memperhatikan tiga elemen kerangka kerja yaitu asumsi-asumsi filosofis tentang apa yang membentuk tuntutan pengetahuan (knowledge claims); prosedur umum penelitian yang disebut strategies of inquiry; dan prosedur detail pengumpulan data, analisis, dan penulisan, yang disebut metode.78
Oleh karena itu, suatu proses penelitian yang berbasis pada
ilmu pengetahuan mendasarkan sistematika penulisannya pada lima langkah, yaitu
: (1) identifikasi masalah penelitian, (2) review informasi, (3) pengumpulan
data, (4) analisis data, dan
75 Tim Program Pascasarjana UNJ, Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Penerbit Pascasarjana, 2014), h. 4.
76 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 3
B.
Pembahasan
1.
Pengertian
Penelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif adalah metode yang lebih
menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dari
pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. 80 Pendapat
lain menurut Creswell : “a qualitative
approach is one in which the inquirer often makes knowledge claims based
primarily on constructivist perspectives (i,e. the multiple meanings of
individual experiences meanings socially and historically constructed, with an
intend of developing a theory or pattern) or advocacy/participatory
perspectives (i,e. political, issu-oriented, collaborative or change oriented)
or both”.4 .
77 Kerlinger, Fredd N, Penelitian Behaviral. Terjemahan Landung
R. Simatupang, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1990), h. 17
78
Kreswell,
J. W, Research Design Qualitative &
Quantitative Approaches, (London: Sage Publication,
2003), h. 3
79
Ibid., Hal. 18.
80
Sumanto,
Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yayasan Andi, Yogyakarta,
1995)
“Gaya” penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan
memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat
memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. Memang dalam penelitian
kualitatif kehadiran nilai peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang
terbatas, melibatkan subjek dengan jumlah relatif sedikit. Dengan demikian, hal
yang umum dilakukan ia berkutat dengan analisa tematik. Peneliti kualitatif
biasanya terlibat dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya.81
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, metode penelitian mempunyai pula
asumsi paradigmatik. John W. Cresswell
menilik beberapa dimensi asumsi paradigmatik yang membedakan penelitian
kuantitatif dengan kualitatif. Dimensidimensi tersebut mencakup ontologis,
epistemologis, axiologis, retorik, serta pendekatan metodologis. Secara
ontologis, peneliti kuantitatif memandang realitas sebagai “objektif” dan dalam
kacamata “out there”, serta
independen dari dirinya. Sementara itu, peneiliti kualitatif memandang realitas
merupakan hasil rekonstruksi oleh individu yang terlibat dalam situasi sosial.
Secara epistemologis, peneliti kuantitatif bersikap independen dan menjaga
jarak (detachment) dengan realitas
yang diteliti. Sementara peneliti kualitatif, menjalin interaksi secara intens
dengan realitas yang ditelitinya. Secara retoris atau penggunaan bahasa,
penelitian kuantitatif biasanya menggunakan bahasa-bahasa penelitian yang
bersifat formal dan impersonal melalui angka atau data-data statistik.
Dengan demikian, terminologi atau konsep-konsep yang jamak ditemukan
dalam penelitian kuantitatif misalnya “relationship”
dan ”comparison”. Sementara,
penelitian kualitatif kerap ditandai penggunaan bahasa informal dan personal
seperti “understanding”, “discover”, dan “meaning”. Secara metodologis, penelitian kuantitatif lekat dengan
penggunaan logika deduktif dimana teori dan hipotesis diuji dalam logika sebab
akibat. Desain yang bersifat statis digunakan melalui penetapan konsep-konsep,
variabel penelitian serta hipotesis. Sementara itu, penelitian kualitatif lebih
mengutamakan penggunaan logika induktif dimana kategorisasi dilahirkan dari
perjumpaan peneliti dengan informan di lapangan atau data-data yang ditemukan.
81 Keterlibatan
dan interaksi peneliti kualitatif dengan realitas yang diamatinya merupakan
salah satu ciri mendasar dari metode penelitian ini. Jary and Jary
mendefinisikan istilah qualitative
research techniques sebagai setiap
penelitian di mana ilmuwan sosial mencurahkan kemampuan sebagai
pewawancara atau pengamat
empatis dalam rangka mengumpulkan data yang unik mengenai permasalahan yang ia
investigasi, lihat David Jary and Julia Jary, Dictionary of Sociology, (Glasgow: Harper Collins Publishers,
1991), hlm. 513.
Sehingga
penelitian kualitatif bericirikan informasi yang berupa ikatan konteks yang
akan menggiring pada pola-pola atau teori yang akan menjelaskan fenomena
social.82
2. STUDI KASUS
Menurut Johnson, studi kasus dapat dimaknai sebagai unit analisis yakni
satu studi kasus sama dengan belajar satu kasus. Seorang peneliti studi kasus
senantiasa memfokuskan pada satu identitas tunggal, biasanya tercermin didalam
lingkungan yang alamiah. 83 Studi Kasus merupakan salah satu varian
dari beberapa macam jenis pendekatan pada metode kualitatif. Penelitian ini
memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya
sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang
bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai
sumber.
Suatu studi tertutup untuk satu pokok permasalahan memberikan peluang
kepada peneliti untuk menemukan jawaban atas beberapa jenis pertanyaan mengenai
teknik korelasi mana yang sesuai. Sementara studi korelasi memberikan informasi
tentang hubungan antara variable kelompok siswa, studi kasus dapat memberikan
informasi yang luas tentang individu sebagai pembelajar. Mereka bisa memberikan
informasi mengenai proses dan strategi individu L2 sebagai pembelajar untuk
berkomunikasi dan belajar, bagaimana personality pribadinya, sikapnya, dan
tujuan yang hendak dicapai dan interaksi dengan lingkungan pembelajar, dan
tentang perkembangan kemampuan linguistiknya.84
Dalam sebuah penelitian bahasa anak, dalam penelitian pemerolehan
bahasa kedua dan satu atau lebih pemerolehan bahasa, kasus yang sering dijumpai
oleh orang yang sedang melakakukan pembelajaran bahasa tambahan. Contoh yang
paling popular di bahas oleh Hakuta (1976, 1986), anak orang Jepang yang sedang
mempelajari bahasa Inggris; kemudian oleh Schumanan (1978), pembelajaran
beribacara bahasa Pransis untuk anak-anak, dan akulturasi; dan juga oleh Wong
82 Creswell, Loc Cit. h. 4-7
83 Donna M. Johnson, Approaches to Research in
Second Language Learning, (New York: Longman, 1992), h. 75
84 Ibid., h. 76
Filmore
(1976) tentang kognitif lima siswa dan strategi social dalam pembelajaran
bahasa Inggris.85
Lebih lanjut Gumperz (1986) mengemukakan bahwa unit analisis kasus
boleh jadi oleh guru, sebuah kelas, sekolah, agen, institusi, atau bahkan
masyarakat. Dalam penelitian interaksi sosiolinguistik, sebuah kasus mungkin
terjadi dalam situai komunikasi interaksi khusus. Peneliti boleh menguji hanya
satu kasus atau juga beberapa kasus dan menghubungkannya. Sejumlah kasus selalu
kecil, tetapi, sejatinya esensi dari penelitian studi kasus ini adalah metode
studi kasus sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian
yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu
organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek
yang sempit. Kehati-hatian dan kelihatannya holistik pada kasus khusus.86
Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok,
satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu.
Tujuannya untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah
masalah. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk
menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif,
data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif.
Tujuan studi kasus adalah untuk mendiskripsikan kasus dalam sebuah
konteks. Merujuk pada sebuah pertanyaan penelitian, seorang peneliti belajar
kasus dan seluruh aspek lingkungan sekitar yang terkait dengan kasus tersebut
serta mengacu pada pertanyaan penelitian itu. Stake (1998) mendefinisikan bahwa
“Studi kasus adalah belajar tentang “sistem terikat” dalam sebuah komunitas dan
keseluruhan system itu, tetapi perhatiannya terfokus pada seluruh aspek yang
relevan dengan masalah penelitian tersebut (p. 258). Definisi ini menandakan
bahwa studi kasus pada umumnya adalah natural atau alamiah. Studi kasus biaa
jadi berdiri sendiri dalam sebuah substansi belajar tunggal atau mungkin lebih
dalam sebuah kajian yang luas untuk memdapatkan pendekatan tambahan. Contohnya
studi kasus tentang program, dan perbandingan lintas studi kasus yang sering di
jumpai dalam sebuah evaluasi program.
85 Ibid, h. 76.
86 Ibid. h. 76
Lebih
familiarnya, istilah studi etnografi yang lama mungkin mencakup lebih pendek,
studi kasus individu (lihat Michaels, 1986, sebagai contoh).87
Berbeda dengan metode penelitian kuantitatif yang menekankan pada
jumlah atau kuantitas sampel dari populasi yang diteliti, sebaliknya penelitian
model studi kasus lebih menekankan kedalaman pemahaman atas masalah yang
diteliti. Karena itu, metode studi kasus dilakukan secara intensif, terperinci
dan mendalam terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu dengan lingkup yang
sempit. Kendati lingkupnya sempit, dimensi yang digali harus luas,
mencakup berbagai aspek hingga tidak ada satu pun aspek yang tertinggal. Oleh
karena itu, di dalam studi kasus sangat tidak relevan pertanyaan-pertanyaan
seperti berapa banyak subjek yang diteliti, berapa sekolah, dan berapa banyak sampel dan sebagainya.
Perlu diperhatikan bahwa sebagai varian penelitian kualitatif, penelitian studi
kasus lebih menekankan kedalaman subjek ketimbang banyaknya jumlah subjek yang diteliti.
2.1.
JENIS-JENIS STUDI KASUS
a. Studi
kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi
tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan
organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan,
karena sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
b. Studi
kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran-serta
atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu
organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu
tempat tertentu di dalam sekolah;
(b) satu
kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
c. Studi
kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan
kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hidup biasanya
mengungkap konsep karier,
87 Ibid., h. 7.
pengabdian
hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik
persahabatan dan topik tertentu lainnya.
d. Studi
kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community
study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar
(kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus
organisasi dan studi kasus observasi.
e. Studi
kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi
terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran
siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua
pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya,
kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci
lainnya.
f. Mikroethnografi,
merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat
kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi
yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
.
2.2.
PENGGUNAAN STUDI KASUS
Pada bagian ini kami akan
mereview beberapa studi kasus untuk mengilustasikan jenis pertanyaan yang telah
peneliti lakukan, konteknya dimana mereka telah mempelajari fenomena, metodenya
dalam mengumpulkan data, dan temuannya.88
a.
Pembelajaran Bahasa
Portugis
Schmidt
dan Frota (1986) telah melakukan studi kasus pada pembelajaran bahasa Portugis
yang dilakukan oleh Schmit selama lima bulan di Rio de Janeiro. Mereka tertarik
mentatat perkembangan linguistiknya sebagai pembelajar awal, perkembanganya
dalam kompetensi percakapan, dan kontribusinya dalam instruksi pembelajaran
dikelas serta pembelajarannya dalam interaksi informal.
88 Op Cit., h. 77
percakapan,
komunikasi dan strategi belajar, dan format dan konfirmasi hipotesis. Peneliti
melenggkapi jumlah subjek catatan diarenya dengan waktu, tujuan, serta sumber
data. Dalam interval satu bulan mereka mencatat 30 -60 menit percakapan yang
tidak terstruktur dalam bahasa Portugis. Kemuan ditranskripsikan dan dianalisis
dalam bentuk interaksi dan untuk jenis kata benda dan frase kata kerja bahasa Portugis.
Hasil analisis dan diskusi menunjukan perkembangan bahasa Schmidt yang
berkaitan dengan teori SLA. Kami akan menyebutkan beberapa temuan saja. Schmidt
mengalami kesulitan khusus tentang artikel bahasa Portugis. Hasil temuan studi
kasus tidak dapat digeneralisasi kepada pembelajar. Pembelajar yang memiliki
kelemahan secara linguistic dari pada Schmidt, misalnya, mungkin akan berbeda
strategi dan kebiasaan juga akan menghasilkan luaran yang berbeda pula (Lihat, Schmidt,
1983).
b.
Mengatasi Bahasa Kedua dengan Muatan Akademik
Salah
satu tujuan utama pelaksanaan ESL di SMU dan universitas adalah untuk
menyiapkan keberhasilan akademik siswa. Dalam catatan studi kasus, peneliti
telah menguji peningkatan isi materi listening, speaking, reading, dan writing
dan bagaimana kemajuan siswa dalam materi ESL tersebut.
Apakah
pengalaman mendengarkan akademik siswa di suatu universitas dalam materi ESL?
Benson (1989) mengekplorasi pertanyaan ini dengan mempelajari berbicara bahasa
Arab siswa ESL disebuah universitas dalam matakuliahnya di program master.
Untuk memperoleh informasi, Benson melakukan wawancara dengan materinya dan
dengan salah seorang dikelasnya, mengumpulkan materi dan catatan kelas, serta
catatan kuliah dari professor.
Hasil temuan difokuskan pada bagaimana mendengarkan untuk
mempelajari isi materi siswa yang berbeda mendengarnya untuk memahami materi
ESL sebelumnya. Dia focus pada informasi yang telah dipikirkan untuk dilkukan
test. Dia mengambil catatan utama, menghilangkan sub-ordinari opoin,
menghilangkan pernyataan yang dia tidak percaya, dan menghilangkan informasi
melalui diskusi kelas, dia mengetahui tentang pentingnya materi listening.
Benson menyimpulkan bahwa jika dia ingin mengembangkan materi listening untuk
L2 siswa, harus
menyiapkan
suasana akademik yang memadai, materi harus mencakup pembelajaran yang actual,
harus berdasarkan pengalaman dan perlu menggunakan berbagai model (empat
keterampilan). Dia berharap bahwa materi harus mencerminkan dan membuat
partisipasi siswa menjadi aktif yang sesuai dengan suasana akademmik.
c.
Perancah, Pemecahan Masalah dan Pembelajaran Bahasa Kedua
Metodologi
studi kasus efektif dalam memperjelas cara pembelajaran L2 dan interaksi isi
pembeljaran untuk siswa remaja. Hawkins (1988) menggambarkan Metode studi kasus
sebagai gagasan perancah dan gagasan Vygotsky pada area pengembangan, belajar
bagaimana level ke empat siswa ESL dapat meningkatkan perkembangan akademik dan
bahasanya.
d.
Menulis Bahasa Kedua
e.
Strategi membaca
f.
Sastra Anak
g.
Input Strategi Perubahan
2.3.
ISU-ISU DALAM METODOLOGI STUDI KASUS
Studi kasus lebih sering berbentuk kualitatif walaupun terdapat data
atau informasi kuantitatif. Biasanya bersifat natural dalam memperoleh dan
mengumpulkan datanya. Dalam hal ini, terkadang, berbagai cara mungkin digunakan
untuk menghilangkan data. Studi kasus biasanya deskriptif yang menggambarkan
fenomena, atau mungkin menggambarkan keadaan nyata atau interpretasi budaya.
Studi kasus mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama karena dilakukan
dalam beberapa periode seperti pentingnya studi pemerolehan bahasa kedua,
tetapi ada juga yang pendek durasinya.
a.
Pertanyaan Awal Penelitian
Studi
kasus dimulai dengan pertanyaan penelitian yang sesuai dengan kajiannya. Dari
mana pertanyaan itu dimulai? Mungkin pertanyaan itu bisa dari pengalaman atau
teori. Kedua sumber pertanyaan penelitian tersebut tidaklah ekslusif. Sebagian
beranggapan bahwa kenaturalan studi kasus jarang yang berdasarkan teory (Smith
&
Glass, 1987, p. 257). Ini cukup jelas tidak seperti kasus pada penelitian L2.,
khususnya penelitian yang difokuskan pada pemakaian bahasa dan bahasa dan
pengembangan kesusastraan. Penelitian studi kasus menjadi sangat terkenal dalam
pengembangan teori pemerolehan bahasa kedua (Lihat McLaughlin, 1987, untuk satu
review).
Perbedaan utama antara penelitian studi kasus dan korelasi
adalah terletak pada banyaknya studi kasus yang peneliti memulainya dengan
pertanyaan penelitian.
b.
Cakupan Studi: Menentukan Kasus Terikat
Menurut
Stake (1988, p. 256), inti dari studi kasus adalah bahwa hal itu terfokus
secara holistik pada suatu entitas, apakah siswa, guru, atau program. Tujuannya
adalah untuk memahami kompleksitas dan sifat dinamis dari entitas tertentu, dan
untuk menemukan koneksi yang sistematis antara pengalaman, perilaku, dan fitur
yang relevan dari konteksnya. "Studi kasus bercerita tentang sistem yang
dibatasi" Satu tujuan dari peneliti adalah untuk menentukan sistem yang
dibatasi, untuk menentukan batas-batas unit penelitian. Batas ini tergantung
pada tujuan penelitian tersebut.89
2.4.
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN STUDI KASUS
a. Pemilihan
kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive)
dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan
objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial.
Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat
diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia;
b. Pengumpulan
data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih
dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat
89 Donna M. Johnson, Op Cit. h. 84
menyesuaikan
cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat
mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;
c. Analisis
data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi,
dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi
merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna
menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori
atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di
lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau
setelah selesai dan lapangan;
d. Perbaikan
(refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus
hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru
terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan
peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru,
data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;
e. Penulisan
laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan
mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga
rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan
dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompik.
2.5.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Ada
beberapak teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam studi
kasus. Sebagaimana contoh diatas, data dikumpulkan secara alamiah oleh seoorang
peneliti, diantaranya sebagai berikut:
a. Observasi alamiah
atau natural.
b. Teknik Penghilangan
c. Wawantara
d. Laporan verbal
e. Mengumpulkan
informasi yang keluar
f. Triagulasi sumber data yang beragam
2.5.1 Analisis: Pencarian Bentuk
Strategi
analisis sangat beragam tergantung pada tujuan studi dan jenis data yang
dikumpulkan. Biasanya, pendekatan umum untuk menganalisis studi kasus adalah
dengan menguji data untuk mendapatkan makna penuh, isu-isu, atau variable,
untuk megkafer bagaimana itu dibentuk, dan bagaiamana menjelaskan bentuk itu.
Analisis data biasanya mencakup keseluruhan proses dalam menemukan makna dengan
cara mensortir data secara runut.
2.5.2 Laporan Studi Kasus
Penulisan
laporan sangat penting dalam penelitian studi kasus. Banyak penulis studi kasus
mencurahkan kekuatanya secara total untuk hal yang telah dipelajarinya. Catatan
mungkin menjadi sebuah contoh yang menarik yang menjadikan seorang pembaca
benar-benar melihat dan memahami apa yang terjadi. Dalam hal ini, catatan penuh
terhadap cerita apa yang dikatakan atau dilaporkan yang menyentuh hati
pemmbaca. Penulis juga menggunakan cakupan strategi yang spesifik (Tannen,
1989) untuk membawa pembaca dan penulis bersama. Hasilnya, laporan hasil studi
kasus sangat membuat pembaca merasa senang dan menikmati ketika itu bukan hanya
informative tetapi juga memenuhi dan menyenangkan
2.6.
KRITERIA UNTUK MENGANALISIS STUDI KASUS
Berikut
adalah beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan studi kasus yang akan
memberikan panduan agar terarah dalam mengatur dan membangun pemahaman yang kemprehensif.
1.
Apa pertanyaan penelitiannya?
2.
Didalam situasi apa penelitian itu dilakukan?
3.
Siapa saja yang terlibat didalamnya? Bagaimana mereka diseleksi?
Apakah karakteristiknya sesuai?
4.
Apa teori orientasinya peneliti?
5.
Aturan apa yang telah dibuat peneliti?
6.
Apa prosedur mengumpulkan data
sudah digunakan? Berapa banyak waktu yang sudah diluangkan untuk mengumpulkan data?
7.
Bagaimana data dianalisis? Apa temuannya?
8.
Apa kesimpulannya sudah
digambarkan? Apakah itu sesuai dengan deskripsi data ilmiah?
9.
Apa kontribusi studi tersebut untuk
pengetahuan social kita atau factor
kontekstual didalam pembelajaran bahasa?
10.
Apa implikasinya terhadap pengajaran?
Contoh Studi Kasus: A
Sebuah
studi pengembangan dua anak sebagai penulis memberikan contoh yang berharga
dari studi kasus (Hudelson, 1989). Aku memilih penelitian ini karena
menggambarkan (1) bagaimana konteks di mana siswa ESL terlibat dalam menyusun
interaksi, (2) bagaimana konteks ini dapat mempengaruhi pandangan menulis
anak-anak dan jenis menulis pengalaman yang mereka miliki, dan (3) bagaimana
gaya belajar anak-anak sendiri dan kepribadian berkontribusi dalam membentuk
pertumbuhan mereka.90
Apa pertanyaan penelitian ?
Tujuan
Hudelson di penelitian ini adalah untuk menyelidiki bagaimana kedua anak
berbeda dan sifat growtth menulis bahasa Inggris mereka di sekolah . Dia
dirumuskan pertanyaannya dengan cara luar negeri .
“Tujuan saya adalah untuk memahami
lebih baik perkembangan penulisan ESL di beberapa anak berbahasa asli Spanyol .
( Pp . 84-85 )”.
2.7.
Ciri-ciri Studi Kasus Yang Baik
a. Menyangkut
sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan
dengan kepentingan nasional.
b. Batas-batasnya
dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman
dan keluasan data yang digali
peneliti, dan kasusnya
mampu
90
Ibid..h. 92
diselesaikan
oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai
keterbatasan.
c. Mampu
mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda.
d. Keempat,
studi kasus mampu menunjukkan
bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti
maupun yang tidak mendasarkan pninsip selektifitas.
e. Hasilnya
ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu
terkomunikasi pada pembaca.
3. ANALISIS ISI
Menurut
Emzir, analisis isi merupakan suatu analisis yang mendalam terhadap pesan-
pesan tersurat dan tersirat dari semua jenis
komunikasi atau konteks tempat, baik dengan teknik maupun kualitatif maupun
kuantitatif.91 Lebih lanjut Emzir menjelaskan bahwa dalam bentuk
kualitatif, analisis isi diperuntukkan pada analisis suatu isi komunikasi berupa percakapan, teks tertulis, wawancara,
fotografi, dan lainnya yang dikategorikan dan diklasifikasikan berdasarkan
masalah yang diangkat. Semmentara Krippendroff mendefinisikan analisis isi
sebagai “a research technique for making replicable and valid inference from
texts (or other meaningful matter) to the contexts of their use. 92
Kemudian, Neoendroerf mendefinisikan analisis isi merupakan suatu analisis
mendalam yang dapat menggunakan teknik kuantitatif meupun kualitatif terhadap
pesan-pesan menggunakan metode ilmiah dan tidak terbatas pada jenis-jenis
variabel yang dapat diukur atau konteks tempat pesan-pesan diciptakan atau
disajikan.93
91 Emzir, Metode Penelitian Kualitatif “Analisis Data”,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 284
92 Krippendroff,
Klaus, Content Analysis: An Introduction
To Its Methodology, (California: Sage Publication Inc, 2004), h. 18.
93
Neuendorf,
Kimberly A, 2002. The Content Analysis Guide Book, (Cleveland:
Sage Publication Inc,
2002)
kualitatif,
analisis isi dapat melibatkan suatu jenis analisis, di mana isi komunikasi
(percakapan, teks tertulis, wawancara, fotografi, dan sebagainya) dikategorikan
dan diklasifikasikan.
Ide utama dalam analisis isi adalah untuk memelihara keuntungan dari
analisis isi kuantitatif sebagaimana telah dikembangkan dalam ilmu komunikasi
dan untuk mentransfer dan mengembangkan ke dalam analisis
kualitatif-interpretif. Objek dari
analisis isi dapat berupa semua bentuk komunikasi yang direkam.
Analisis isi tidak hanya menganalisis isi materi yang
kelihatan-sebagaimana namanya dapat disarankan. Becker & Lissmann
(1973) membedakan level isi: tema dan
ide pokok dari teks sebagai isi utama; informasi
konteks sebagai isi yang tersembunyi.94 Analisis isi sebagai
penggunaan metode yang replikable dan valid untuk membuat inferensi-inferensi
khusus dari teks pada pernyataan-pernyataan lain.
Setidaknya, terdapat lima jenis metode penelitian kualitatif yang
banyak dipergunakan, yaitu: (1) observasi terlibat; (2) analisa percakapan; (3)
analisa wacana;
(4)
analisa isi; dan (5) pengambilan data ethnografis. Observasi terlibat biasanya
melibatkan seorang peneliti kualitatif langsung dalan setting sosial. Ia mengamati, secara lebih kurang “terbuka”, di
dalam aneka ragam keanggotaan dari peranan- peranan subjek yang ditelitinya.
Analisa percakapan pada umumnya memusatkan perhatian pada percakapan dalam
sebuah interaksi. Peneliti memperhatikan analisa dari kompetensi-kompetensi
komunikatif yang mendasari aktivitas sosial
sehari-hari.95
Content analysis (analisa isi) mengkaji dokumen-dokumen berupa kategori umum dari makna.
Peneliti dapat menganalisis aneka ragam dokumen, dari mulai kertas pribadi
(surat, laporan psikiatris) hingga sejarah kepentingan manusia. Pengambilan
data ethnografis relatif tidak terstruktur. Peneliti biasanya memfokuskan diri
pada penggalian tekstur dan alir pengalaman-pengalaman selektif dari responden
melalui proses interaksi peneliti dan subjek yang
ditelitinya dengan teknik wawancara mendalam secara “bebas”.96
94
Ibid., h. 285.
95 Gubrium,
Jaber F and James A. Holstein, “Qualitative
Methods”, dalam Encyclopedia of
Sociology, Vol. 3. 1992 (New York: Macmillan Publishing Company.), h. 1577.
96 Ibid., h. 1577.
3.1. Sejarah Analisis Isi
Kita dapat membedakan fase-fase yang berbeda dalam latar historis dari
analisis isi (Marten, 1983, Krippendroff,1980; Mayring, 1994a):
a.
Pendahuluan: kita menemukan
pendekatan-pendekatan yang berbeda untuk analisis dab perbandingan teks dalam
konteks hermeneutika (mis. Interpretasi bibel) analisis awal surat kabar,
prosedur, grafologis, hingga analisis mimpi
oleh Sigmund Freud.
b.
Landasan teoretis kommunikasi:
Dasar-dasara analisis isi kuantitatif telah diletakkan oleh Paul F. Lazarsfeld
dan Harold D. Lasswell di USA selama tahun 20-an dan 30- an dari abad ke-20.
Buku pertama tentang metode ini telah dipublikasikan (Barelson 1952).
c.
Interdisiplin yang luas dan
berbeda-beda: pada tahun 60-an dari abad ke-20 pendekatan metodologis menemukan
caranya ke dalam linguistik, psikologi (Rust, 1983), sosiologi, historis, seni,
dan sebagainya. Prosedur-prosedur telah dikembangkan (disesuaikan ke dalam model-model
komunikasi yang berbeda-beda; analisis aspek non-verbal, analisis
peristiwa/kejadian, aplikasi komputer) (Pool, 1959; Gerbener, Holsti,
Krippendroff, Paisley & Stone, 1969)
d.
Fase kritis kualitatif; sejak
pertengahan abad ke-20 penolakkan yang ditunjukkan menentang suatu analisis
superfisial tanpa memerhatikan konteks dan isi yang tersembunyi, bekerja dengan
penyederhanaan dan kuantifikasi distorsi (Kracauer, 1952). Pendekatan analisis
isi kualitatif berikut telah dikembangkan (Ritsert, 1972; Mostyn, 1985,
Wittkowski, 1994; Altheide, 1996).97
3.2.
Ide-ide Dasar dari Analisis Isi
Jika kita mengatakan, analisis isi kualitatif menginginkan memelihara
keuntungan dari analisis isi kuantitatif untuk suatu interpretasi teks yang
lebih kualitatif. Analisis isi menekankan kepada empat poin:
a.
Mempersiapkan materi ke dalam suatu
model komunikasi: itu harus ditentukan pada bagian apa dari komunikasi
inferensi akan dibuat, pada aspek-aspek komunikator.
97 Ibid., hh. 285-286
b.
Peran analisis: Materi yang akan
dianalisis tahap demi tahap, mengikuti aturan prosedur, memecah materi ke dalam
unit-unit analisis isi.
c.
Kategori-kategori dalam pusat
analisis: Aspek-aspek interpretasi teks, mengikuti pertanyaan-pertanyaan
penelitian, ditempatkan ke dalam kategori-kategori, yang secara cermat
ditemukan dan direvisi di dalam proses analisis.
d.
Kriteria validitas dan
reliabilitas: prosedur memiliki pretensi menjadi antar-subjektif yang dapat
dipahami, membandingkan hasil dengan studi yang lain dalam pengertian
triangulasi dan melakukan pengecekan untuk reliabilitas. Untuk menilai/menaksir
reliabilitas antar-penyandi yang kita gunakan dalam analisis isi kualitatif
(dalam kontras analisis isi kuantitatif) hanya melatih anggota tim proyek dan kita mereduksi standar kesesuaian
penyandi.98
3.3. Prosedur analisis isi kualitatif
Analisis isi kuantitatif yang terdaftar di atas akan dipelihara menjadi
fundamen untuk suatu prosedur yang berorientasi kualitatif dari interpretasi
teks. Kita mengembangkan sejumlah prosedur analisis isi kualitatif (Mayring,
2000) di antaranya dua pendekatan merupakan sentral: pengembangan kategori
induktif dan aplikasi kategori deduktif.
1.
Pengembangan Kategori Induktif
Analisis
isi kuantitatif klasik memiliki beberapa jawaban untuk pertanyaan tentang darimana
kategori-kategori datang, bagaimana sistem kategori-kategori itu dikembangkan :
“Bagaimana kategori-kategori didefinisikan .... adalah suatu seni sedikit
tulisan tentang hal itu.” (Krippendroff, 1980: 76)
Untuk
lingkup itu analisis isi kualitatif telah mengembangkan prosedur pengembang
kategori induktif, yang diorientasikan pada proses reduktif yang diformulasikan
di dalam psikologi pemrosesan teks (Ballstaed, Mandl, Schnotz & Tergan,
1981; van Dijk, 1980).99
98 Ibid., hh. 286-287
99 Ibid., h. 288
2.
Aplikasi Kategori
Deduktif
Aplikasi
kategori deduktif bekerja dengan prioritas yang diformulasikan, aspek-aspek
analisis yang diderivasikan secara teoretis, membawanya ke dalam hubungan dengan teks. Langkah analisis kualitatif
terdiri atas suatu pemilihan kategori suatu bagian dari teks terkontrol secara metodologis.
Jadi ide pokok di sini adalah memberikan definisi-definisi
yang eksplisit, contoh- contoh dan menyandikan aturan-aturan untuk setiap
kategori deduktif, menetukan secara pasti di bawah keadaan apa sebuah bagian
teks dapat dikodekan/diberi kode dengan sebuah kategori. Definisi-definisi
kategori itu ditempatkan satu sama lain dalam suatu agenda pengodean.
Analisis isi harus dibedakan dengan berbagai metode
penelitian lain di dalam penelitian tentang pesan, yang sifatnya meneliti pesan
yang latent (tersembunyi), kualitatif dan prosedurnya berbeda. Penelitian
analisis isi media yang terdiri dari dua tipe, yaitu: message content analysis dan structural
analysis of texts.100 Analisis isi yang termasuk di dalam
message content analysis memiliki karakter sebagai berikut: quantitative,
fragmentary, systematic, generalizing, extensive, manifest meaning, dan
objective. Sementara itu, structural analysis of texts, dimana semiotika
termasuk di dalamnya, memiliki karakter sebagai berikut: qualitative, holistic,
selective, illustrative, specific, latent meaning, dan relative to reader.
Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua
bentuk komunikasi, baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua
bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat
menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Holsti menunjukkan
tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75%
dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7
persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%). Namun, analisis isi
tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat
dipergunakan jika memiliki syarat berikut:
100 Denis
McQuail, Mass communication theory: an
introduction, (Amsterdam: Sage Publication Ltd, 2010)
a.
Data yang tersedia sebagian besar
terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).
b.
Ada keterangan pelengkap atau
kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan
terhadap data tersebut.
c.
Peneliti memiliki kemampuan teknis
untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian
dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.
Beberapa pembedaan
antara analisis isi dengan metode penelitian yang lain:
a. Analisis
isi adalah sebuah metode yang tak mencolok (unobtrusive). Pemanggilan kembali
informasi, pembuatan model (modelling), pemanfaatan catatan statistik, dan
dalam kadar tertentu, etno-metodologi, punya andil dalam teknik penelitian yang
non-reaktif atau tak mencolok ini.
b. Analisis
isi menerima bahan yang tidak terstruktur karena lebih leluasa memanfaatkan
bahan tersebut dan ada sedikit kebebasan untuk mengolahnya dengan memanggil
beberapa informasi.
c.
Analisis isi peka konteks sehingga dapat memproses
bentuk-bentuk simbolik.
d. Analisis isi dapat
menghadapi sejumlah besar data.
Metode Content Analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan
suatu komunikasi. Dalam hal ini, content analysis mencakup: klasifikasi
tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria sebagai dasar
klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi.
Deskripsi yang diberikan para ahli sejak Janis (1949), Berelson (1952) sampai
Lindzey dan Aronson (1968) tentang Content Analysis menampilkan tiga syarat,
yaitu: objektivitas, dengan menggunakan prosedur serta aturan ilmiah;
generalitas, dari setiap penemuan studi mempunyai relevansi teoritis tertentu;
dan sistematis, seluruh proses penelitian sistematis dalam kategorisasi data.
3.4. Kelebihan Analisis Isi:
a.
Tidak dipakainya manusia sebagai
objek penelitian sehingga analisis isi biasanya bersifat non-reaktif karena
tidak ada orang yang diwawancarai, diminta mengisi kuesioner ataupun yang
diminta datang ke laboratorium.
b.
Biaya yang dikeluarkan lebih murah
dibandingkan dengan metode penelitian yang lain dan sumber data mudah diperoleh
(misal di perpustakaan umum).
c.
Analisis isi dapat digunakan ketika
penelitian survey tidak dapat dilakukan. Kekurangan Analisis Isi:
d.
Kesulitan menentukan sumber data
yang memuat pesan-pesan yang relevan dengan permasalahan penelitian.
e.
Analisis isi tidak dapat dipakai
untuk menguji hubungan antar variabel, tidak dapat melihat sebab akibat hanya
dapat menerima kecenderungan (harus dikombinasikan dengan metode penelitian
lain jika ingin menunjukkan hubungan sebab akibat).
3.5. Analisis Sastra
Karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara sastrawan dengan
pembacanya.101 Apa yang ditulis sastrawan dalam karya sastranya
adalah apa yang inin diungkapkan sastrawan kepada pembacanya. Dalam
menyampaikan idenya melalui karya sastra, sastrawan tidak bias dipisahkan dari
pengaruh lingkungannya. Karena karya sastra selalu terkait dengan berbagai
aspek maka kajian sastrapun meliputi beberapa
aspek.
Pertama, karya sastra dapat dikaji melalui penulis karya
sastra tersebut. Dalam hal ini kritikus sastra melihat bahwa penulis karya
sastra sebagai objek kajian sastra. Kajian ini meliputi biografi penulis,
psikoanalitik dan fenomonologi. Kedua, kritik sastra juga dapat mengkaji isi
dari karya sastra itu (pendekatan teks sastra).kajian ini meliputi kajian
filologi, retorika, formalism dan strukturalisme serta semiotika dan
dekonstruksi. Ketiga, karya sastra juga dapat dikaji dari sisi pembaca karya
sastra tersebut. Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa karya sastra merupakan
bentuk komunikasi antara
101 Wahyudi Siswanto, Pengantar teori sastra,( Jakarta:
Grasindo, 2008), h.178
penulis
sastra dengan pembaca. Artinya bahwa pembaca karya sastra merupakan aspek yang penting dalam karya sastra. Hal yang dapat dikaji dari
sisi pembaca karya sastra diantaranya,
teori penerimaan, penerimaan sejarah dan pembaca respon – kritik. Disamping
ketiga pendekatan tadi, karya sastra juga tidak dapat dipisahkan dengan latar
belakang dan sejarah sastra itu sendiri. Dalam hal ini kritik sastra akan
berfokus pada sejarah, historisme baru dan cultural
studies.
Sastra sebagai khazanah kebudayaan bangsa, memiliki pelbagai hal yang
menarik untuk dikaji. Sebagai suatu karya seni manusia yang menggunakan bahasa
sebagai mediumnya, karya sastra memiliki pelbagai macam pendekatan untuk
mengkajinya. Mengakaji karya sastra, tidaklah cukup hanya berpedoman pada
pengaranganya atau karya itu sendiri, karena karya sastra masih memiliki unsur
lain, yaitu dunia karya sastra, pembaca karya karya sastra dan latar belakang
pengarangnya.
3.5.1. Pendekatan berorientasi pada teks atau
objektif
Pendekatan objektif ialah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya
sastra secara keseluruhan.102 Pendekatan ini mengkaji suatu karya
sastra hanya pada karya sastra itu sendiri, artinya melihat unsur pembangun
karya sastra itu dari dalam. Konvensi tersebut misalnya, kebulatan makna,
diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menelaah karya sastra tanpa melihat
unsur pembangun eksternalnya, sehingga peneliti dapat berkonsentrasi menilai
suatu karya sastra tanpa perlu melihat latar belakang pengarangnya.
Pendekatan berorientasi teks dapat dibagi dalam empat pembahasan,
yaitu: filologi, retorika dan stilistika, formalism dan strukturalisme serta
semiotika dan dekonstruksi.
a.
Filologi
Filologi istilah menunjukkan pendekatan yang memusatkan
sekitar masalah editorial dan rekonstruksi teks. 103 Filologi, yang
mengalami masa jayanya di
102
Zainuddin Fananie. Telaah Sastra. (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002). h. 112.
103 Mario Klerer. An
Introduction to Literary Studies. (Rout Ledge ,1999). H. 79
Renaissance
dengan penemuan kembali penulis kuno, penemuan mesin cetak, dan keinginan untuk
mengedit teks dengan benar, tetap menjadi salah satu yang dominan dalam abad
kesembilan belas.
b. Retorika dan stilistika
Selain masalah editorial, pendekatan berorientasi teks saat
ini berfokus terutama pada aspek bentuk (tekstual dan narasi struktur, sudut
pandang, alur-pola) dan gaya (kiasan retoris, pilihan kata atau diksi, sintaks,
meter). Pada abad kesembilan belas, Retorika akhirnya kehilangan pengaruh dan
sebagian berkembang menjadi Stilistika,Stilistika difokuskan pada struktur tata
bahasa (lexis, sintaks), unsur-unsur akustik (melodi, sajak, meter, ritme) dan
bentuk menyeluruh (kiasan retoris) dalam analisisnya teks.104
c. Formalism dan strukturalisme
Istilah Formalisme dan Strukturalisme mencakup beberapa
bidang di paruh pertama abad kedua puluh yang tujuan utamanya terletak pada
penjelasan dari pola formal dan struktural teks sastra. 105
Formalism dan strukturalisme ini berusaha menjelaskan pola dan struktur
kebahasaan dalam teks sebuah karya sastra.
d. Semiotika dan Dekonstruksi
Semiotika dan dekonstruksi adalah metode terbaru dalam
teori sastra yang berorientasi pada teks. Pendekatan ini menganggapbahwa teks
sebagai sistem tanda. Artinya setiap teks yang terdapat pada karya sastra
mewakili objek tertentu yang disebut petanda.
3.5.2.
Pendekatan berorientasi pada
pengarang atau ekspresif
Pendekatan ini dititikberatkan pada eksistensi pengarang sebagai
pencipta karya seni. 106 Pendekatan ini melihat pada kemampuan
seorang pengarang dalam
104 Ibid, h. 80
105 Ibid, h. 81
106 Zainuddin Fananie. Telaah Sastra.
(Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002).
melahirkan
suatu karya sastra. Kemampuan pengarang dalam menghasilkan suatu karya sastra
menjadi objek kajian penelaah suatu karya sastra yang menggunakan pendekatan
ekspresif. Latar belakang seorang pengarang tentu mempengaruhi suatu karya
sastra yang dibuatnya, misalnya saja pengarang itu seorang yang religius, tentu
saja karya sastra yang dihasilkan akan bernuansa religi. Pengalaman seorang
pengarang pada masa kecilnya juga dapat mempengaruhi karya sastra yang
dibuatnya, semakin banyak pengarang itu memiliki konflik, maka semakin banyak
karya yang dihasilkan.
Pendekatan berorientasi pada penulis dapat dibagi dalam tiga
pembahasan, yaitu: kritik biografi, kritik psikoanalitik dan fenomenologi.
a. Kritik biografi
b. Pendekatan
biografi menganggap bahwa setiap karya sastra selalu dipengaruhi oleh latar
belakang penulis. Baik dalam bentuk diksi, jalan cerita ataupun konteks dalam
karya sastra itu sendiri. Biografi atau latar belakang penulis secara tidak
langsung mempengaruhi pada karya yang ditulisnya.
c.
Pendekatan psikoanalitik
Psikoanalitik
merupakan sebuah kritik sastra yang kadang-kadang berkaitan dengan
penulis,terutama mencoba untuk menjelaskan aspek-aspek psikologis umum dalam
teks yang tidak selalu berhubungan dengan penulis secara eksklusif.
d.
Fenomenologi
Pendekatan
ini berasumsi bahwa penulis hadir dalam teks dalam bentuk disandikan dan
jiwanya dapat dihidupkan kembali oleh membaca intensif karya lengkapnya.
Pendekatan ini beranggapan bahawa dari sebuah karya sastra dapat di ketahui
karakteristik penulisnya.
3.5.3.
Pendekatan Berorientasi Pembaca
atau Pragmatik.
Pendekatan pragmatik berorientasi pada pembacanya, artinya
suatu karya sastra dikatakan berhasil apabila bisa memberikan kesenangan dan
nilai di dalam suatu karya sastra. Perasaan seorang pembaca akan melahirkan
katarsis dari bacaan yang
sudah dibacanya, sehingga
pembaca mampu melahirkan
suatu
karya lain dari karya yang sudah dibacanya. Pembaca karya sastra juga dapat
kita klasifikasikan kembali, yaitu pembaca yang memang sudah memahami bahasa
sastra dan pembaca awam yang belum memahami bahasa sastra.
Pendekatan pragmatik akan lebih berhasil apabila kita
meneliti pembaca karya sastra yang memang memiliki ketertarikan dan pemahaman
dalam bidang sastra, sehingga data yang dihasilkan akan lebih akurat. Kemampuan
pembaca juga memiliki hambatan, di antarnya faktor internal dan eksternal.
Faktor internal pembaca biasanya datang dari perasaan pembaca itu sendiri,
seperti faktor psikologi saat sedang membaca, pengetahuan, dan pendidikan
pembaca tersebut. Faktor eksternal yang mempengaruhi pembaca seperti kondisi
sekitar saat dia membaca, tingkat kenyamanan tempat saat dia membaca, akan
mempengaruhi pembaca tersebut dalam menangkap pesan yang ingin disampaikan
dalam suatu karya sastra.
3.5.4.
Pendekatan Berorientasi
Kontekstual atau Mimesis
Pendekatan ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra
merupakan refleksi kehidupan nyata. 107 Hal ini terwujud berkat
imajinasi pengarang, sehingga mampu merefleksikan kehidupan atau alam.
Pendekatan mimesis pengarang berusaha melukiskan dunia nyata ke dalam bentuk
karya sastra, sehingga pembaca yang membaca menggunakan pendekatan mimesis ini,
haruslah memandang suatu karya sastra yang dibuat oleh seorang pengarang
merupakan refleksi dari kehidupan yang coba dilukiskan oleh pengarang.
Berbicara mimesis, tidak dapat dilepaskan dari pemikiran
filosof terkenal, yaitu Plato. Plato mengemukakan bahwa mimesis terikat pada
ide pendekatan, tidak semata-mata merupakan tiruan yang sungguh-sungguh.108
Bagi Plato, seni yang baik harus mengungkapkan kebenaran dan kerendahan hati
pengarangnya dalam membuat suatu karya. Pencitraan seorang pengarang terhadap
dunia, yang diproyeksikan melalui suatu karya sastra, dapat dimaknai berbeda-beda
107 Ibid.,
h. 111
108
Ibid.,
oleh
setiap pembacanya, tergantung bagaimana pembaca itu memandang suatu karya
tersebut. Karena itu, dalam teori mimesis tidak tertutup kemungkinan bahwa
tataran nilai yang rendah dalam kehidupan nyata, akan mampu divisualisasikan
dalam karya seni yang bernilai tinggi.
4. Hasil Analisis
a. Indonesian Journal
of UNJ
Nilai-Nilai Moral dalam
Novel Habiburahman El Shirazy (Tinjauan Struktural Genetik)
Oleh:
Virry Grinitha – virrygrinitha@yahoo.co.id
Abstrak
Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang nilai-nilai moral dalam novel karya Habiburahman El Shirazy ditinjau
dari structural genetic. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode analisis isi. Pengumpulan data menggunakan teknik analisis
dokumentasi, pustaka, dan catat. Analisis interpretasi data menunjukkan (1) adanya
nilai-nilai moral dalam structur novel Ayat-Ayat Cinta yang meliputi dimensi
manusia dengan Tuhan yaitu religious, dimensi manusia dengan dirinya, dimensi
manusia dengan manusia, yaitu sadar akan hak dan kewajiban diri sendiri dan
orang lain dan dimensi manusia dengan lingkungan yaitu adanya keperdulian dan kekaguman terhadap keindahan alam yang
diciptakan oleh sang pencipta, (2) nilai-nilai moral yang ditinjau dari sudut
latar social pengarang yang mengkondisikan lahirnya novel Ayat Ayat Cinta; (3)
nilai-nilai moral ditinjau dari sudut pandangan dunia pengarang dalam novel
Ayat-Ayat Cinta yang meliputi dimensi
manusia dengan manusia, dimensi manusia dengan dirinya sendiri, dimensi manusia
dengan lingkungannya. Penemuan-penemuan membawa ke arah rekomendasi terhadap
siswa agar membekali diri dengan berbagai bacaan penunjang lainnya untuk
menemukan nilai-nilai moral yang terkandung dalam karya sastra.
Kata kunci:
Nilai-nilai moral, novel, structural genetik.
b. Australian Journal of Teacher Education
Towards
Internationalising the Curriculum: A Case Study of Chinese Language Teacher
Education Programs in China and Australia
Danping Wang
Technological and Higher
Education Institute of Hong Kong,
dpwang@vtc.edu.hk Robyn Moloney
Macquarie University, robyn.moloney@mq.edu.au Zhen Li
University of Hong
Kong,
jennielz@hku.hk
Abstract: This paper presents a comparative
curricular inquiry of teacher education programs of Chinese as a foreign
language in China and Australia.
While there is an increasing demand
for qualified Chinese language teachers both within China and Western countries,
pre-service teacher training is regarded
as one of the major factors in impeding
success in effective student
learning. Using an interpretative approach, this paper captures voices from
teacher educators and pre-service teachers through in- depth interviews to
supplement curriculum document reviews. The results identify curriculum
differences in educational aims and
objectives, learning content, methods of delivery and assessment. The study
suggests aspects of curriculum which must be negotiated, in moving towards the internationalisation
of the curriculum, to facilitate the mobility and adaptation required in overseas teaching contexts. The study
ends with a discussion for urgent development of
an internationalised curriculum of Chinese language teacher education
and situated teacher education programs.
c.
Hongkong: ISSN 2336-2022
International Journal of Teaching and Education
Vol. II (No. 3)
A case study of peer-rater
differences in Hong Kong Tillotson Li
Tillotson Li: Tung Wah College, 17/F, 90A Shantung
Street, Mongkok, Kowloon, Hong Kong. Email: tillotsonli@twc.edu.hk
Abstract
Assessing student
performance in higher education has never been easy. Pedagogy to engage
students in learning and make them own their learning has become increasingly
popular. The paradigm of teaching has switched from teacher-centered to
student- centered. Likewise, students’ involvement in assessments (self-and
peer-assessments) is becoming more common. Self-and peer-assessment have widely
been researched and evidenced in enhancing and motivating student learning.
Differences in assessment
results between
peers and instructor have been found insignificant. However, differences among
peers have not been studied much. The purpose of this paper is to investigate
differences among peer raters. Do friends
rate more leniently and not-so- friendly peers rate more stringently?
d.
Eropa: European Journal of English
Language and Literature Studies Vol.3,
No.5, pp.6-12, October 2015
Published by European Centre for Research Training and
Development UK (www.eajournals.org)
ISSN 2055-0138(Print), ISSN 2055-0146(Online)
ISSUES OF
CULTURAL, POLITICAL AND RACIAL IDENTITY OF WOMEN IN RICH’S POETRY: A
SOCIO-FEMINISTIC ANALYSIS
Sidrah Hanif
M.Phil Candidate
University of Sargodha, Women Campus, Faisalabad,
Pakistan.
Anila Jamil
Lecturer in English Literature
University of Sargodha, Women Campus, Faisalabad,
Pakistan.
Aziz Fatima
M.Phil Candidate
University of
Sargodha, Women Campus, Faisalabad, Pakistan.
ABSTRACT: This
paper aims to analyze the socio-feministic picture of a poet who has
distinguished place in American
literature for her contribution in the
field of feminism. The feminist struggle against patriarchal set up has been
found in Rich’s poetry with
reference to
the selected poems. In these poems women are not
constantly under men’s power and supremacy; they want to struggle for their
rights and make an improved life even when there is no man. Women revolt and escape as they are being oppressed
and burdened by male oriented society. She is
different from other American poets like Plath whose poetry revolves
round her. This paper will helpful in understanding
the background of her poems.
KEYWORDS: Cultural, Feminism,
Issues, Political, Racial, Rich, Social.
e.
DETECTION AND ANALYSIS OF THE
THEMES IN RICHARD CORY: SCRUTINIZING
THE ISSUE FROM A DEEPER VIEW
Sepideh Moghaddas Jafari1 and Tengku Sepora Tengku
Mahadi2
1
PhD Research Scholar, School of Languages, Literacies and Translation, Universiti Sains Malaysia, Malaysia
2
PhD, Professor, School of Languages, Literacies and Translation, Universiti Sains Malaysia, Malaysia
ABSTRACT:
This study is designed
to investigate and discuss about the themes of one of the most celebrated poems
in the world of literature entitled
‘Richard Cory’. In effect, this study is proposed
to find out and shed light on all the themes of this poem. To reach the aim of
the study, some of the main subjects, topics, and points which can be related
to the goal of article are introduced, explained, and discussed. Afterword,
they are followed by a precise discussion and conclusion. On the whole, this
study attempts to identify all the themes of Edwin Arlington Robinson’s most famous
poem. For the most part, this article discerns, investigates, and highlights
the features which present all the
themes of the poem, or to be more exact, it
tries to uncover and shed light on the messages which create and
represent some literary masterpiece so called Richard Cory, in detail, and from a deeper view.
KEYWORDS: Richard Cory, Themes,
Town People, Glittering, King
C.
Penutup
Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang
individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya
dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan
mendalam dari sebuah masalah. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya
dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data
penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi,
dan arsif.
Analisis isi adalah salah satu jenis
metode penelitian yang bersifat objektif, sistematis, dan kuantitatif serta
berkait dengan isi manifest komunikasi. Dalam analisis isi, yang dibedah adalah
pesan atau “message”nya. Studi analisis isi ini menekankan pada bahasa dan
menghendaki adanya netralitas. Akan tetapi, sedikit kelemahan dari analisis isi
ini adalah sangat berpengaruh pada subjektivitas peneliti.
D.
Saran
Menyadari
akan adanya kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan makalah ini, maka kami
menerima saran, masukan serta kritikan yang bersifat membangun guna untuk
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini kedepan.
Daftar Pustaka
Creswell, John W, 2003. Educational Research, Boston : Pearson
Education Inc
Emzir, 2015. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Edisi Refisi. Jakarta: Penerbit Rajawali Press
Fananie,
Zainuddin, 2002. “Telaah Sastra”. Surakarta: Muhammadiyah Press
Holsti, Ole R, 1992. Content Analysis For The Social Sciences And Humanities, Essex, UK:
Addison Wesley Publishing
Johnson, Donna M. 1992. Approaches to Research in Second Language Learning. New York &
London: Longman
Klerer, Mario, 1999. An Introduction To Literary Studies, Routledge
Krippendroff, Klaus, 2004. Content Analysis: An Introduction To Its Methodology, California:
Sage Publication Inc
McQuail, Denis, 2010.
Mass Communication Theory: An
Introduction, Amsterdam: Sage Publication
Ltd
Neuendorf, Kimberly A, 2002. The Content Analysis Guidebook, Cleveland: Sage Publication Inc
Siswanto, Wahyudi, 2008. “Pengantar Teori Sastra” Jakarta : Penerbit Grasindo Sumanto, 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset